INFOKOM – Ketua Infokom Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang Selatan atau Tangsel Azharul Fuad Mahfudh mendorong transformasi dakwah di era digital.
Hal tersebut disampaikan pada kegiatan Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI Kota Tangsel yang diselenggarakan di Hotel Vega Gading Serpong Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang pada Selasa 21 Juli 2025.
Dia menyoroti revolusi teknologi telah mengubah pola dakwah yang tadinya berada di podium dan majelis taklim bermigrasi ke kanal digital.
“Kini orang lebih banyak melekin Medsos dibandingkan hadiri majelis taklim,” kata dia seraya ungkap data melek medsos di tanah air 2023 sebesar 212 juta jiwa dengan 176 jiwa berusia 16-34 atau kalangan milenial.
Dia meminta para peserta PKU MUI Tangsel yang masuk dalam golongan milenial itu untuk mengambil peran dalam dakwah di media digital.
Caranya bagaimana? Fuay, biasa disapa, mengajarkan tips sederhana dalam membuat produk digital yang bisa dilakukan terus menyimpan di kanal Facebook, YouTube, TikTok, dan Instagram.
Bentuk Dakwah Digital
Bentuk dakwah digital berupa video pendek, Podcast, dan Infografis atau siaran langsung dalam bentuk pertanyaan.
“Video pendek seperti TikTok dan Reels memiliki tingkat keterlibatan dua kali lebih tinggi dan cocok untuk pesan dakwah yang ringkas,” jelas dia.
Adapun penggunaan Podcast dan Infografis, Fuay sebut untuk kajian mendalam dan penyampaian informasi singkat yang menarik secara visual.
“Nah, siaran langsung akan sangat menarik audiens jika melibatkan tema aktual dan mencapai audiens yang lebih luas dengan melakukan diversifikasi konten,” ucap dia.
Sedangkan produksi konten di berbagai platform media sosial tentu saja dengan gaya yang berbeda-beda. Karenanya, pinta dia, bagi pemula harus mampu beradaptasi bahasa dan gaya penyampaian sesuai platform dan target audiens.
“Untuk mendapatkan banyak audiens harus memperhatikan kualitas visual dan audio agar enak ditonton,” saran dia.
Selian itu diupayakan menggunakan storytelling untuk menyampaikan pesan dakwah secara relevan dan emosional yang menyentuh hati, itu yang pertama.
Kedua bisa berkolaborasi dengan konten kreator lain untuk memperluas jangkauan dan membawa perspektif baru.
Tantangan Dakwah Digital
Memasuki dunia baru dakwah ternyata bukan perkara mudah karena terdapat tantangan besar dan terkadang mengagetkan.
“Ini terjadi pada video kalau sudah viral akan mengorbankan kedalaman substansi ajaran agama. Menyederhanakan masalah karena mengurangi pesan agama dan lebih mementingkan kepentingan banyak ditonton,” beber dia.
Tantangan paling terasa secara moral adalah kekuatan diri dalam mempertahankan integritas moral di tengah sorotan publik dan godaan popularitas.
Bahkan, kata dia, ada peningkatan penyebaran hoax dan mis informasi agama mencapai 40 persen dari konten digital.
Lalu dia meminta pada pemula untuk memperhatikan tentang dilema menguangkan atau monetisasi konten dakwah dan bagaimana menghindari kesan eksploitasi.
Semisal mengelola endorsemen atau kemitraan tanpa mengganggu kesakralan pesan dakwah dan mempertahankan kepercayaan audiens.
Meski demikian, Fuay mengaku optimis pada prospek dakwah digital di tengah banyak kemungkinan terjadinya penurunan kepercayaan jika pesan dakwah kurang menarik atau berbalik arah pada konten kreator.
“Manfaatkan peluang digital dengan strategi matang dan kreatif. Hadapi tantangan dengan komitmen pada etika sebagai pilar membangun masyarakat digital yang berakhlak dan berwawasan luas,” demikian dia menutup. (/ms)









