KOTA TANGSEL- Mubaligh milenial berasal dari berbagai organisasi Islam tersebar di tujuh kecamatan Kota Tangsel menimba ilmu dakwah. Lewat Pelatihan Dakwah dan Retorika di Era Milenial” oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Kota Tangsel, di Gedung Kelembagaan no 2, Pamulang, Kamis (21/11/2024).
Ketua Komisi Dakwah MUI Tangsel KH Ahmad Sopyan Mastas menyampaikan dalam rangka menyampaikan berbagai visi dan misi yang tentunya kewajiban sebagai ulama untuk mencerdaskan kepada Masyarakat.
“Dakwah adalah proses penyampaian informasi yang membutuhkan cara untuk dapat merubah perilaku. Agama melalui tablig atau penyampaian sehingga perlu mengetahui cara dengan kecanggihan teknologi untuk sampai kepada lapisan masyarakat,” ujarnya.
Dirinya menyampaikan terima kasih atas kehadiran peserta di tengah aktivitas keseharian. Tidak lain mencapai tujuan menciptakan generasi baru sebagai pendakwah untuk masa yang akan datang.
“Kami berterima kasih kepada seluruh peserta yang telah hadir semoga menjadi kebaikan motivasi sebagai estafet regenerasi. Dakwah milenial perlu efektif bagimana mengajak masyarakat yang tadinya tidak syukur menjadi syukur yang tadinya tidak taat menjadi taat,” tambah ia.
Maka muballigh dituntut bisa memanfaatkan teknologi melalui berbagai fitur untuk dapat dimanfaatkan. Sehingga bisa menyampaikan dakwah secara santun dan rahmatan Lil alamin.
Ketua Umum MUI Tangsel KH Saidih mengharapkan, mudah-mudahkan Allah SWT memberikan ilmu pengetahuan pada masa yang akan datang.
“Siapa yang mengerjakan kebaikan maka akan mendapatkan sepuluh kebaikan. Kalau dia mengajak satu kejelekan balasan hanya satu,” ucapnya manyampaikan Firman Allah SWT.
Lantas ia bertanya lebih gampang mana mengajak kebaikan atau kejelekan di tengah kondisi sosial saat ini yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Para peserta menjawab kejelekan.
“Ya pantas hanya satu. Mudah-mudahan sepulang dari ini, ilmunya bermanfaat. Jadi juru dakwah,” pesannya.
Dalam berdakwah, ada bahasa tulisan, lisan dan isyarat. Makanya dalam berdakwah harus hati-hati. Ada yang menggunakan bahasa keras, lunak dan isyarat. Semua dapat digunakan supaya orang yang mendengarkan bisa memahami.
“Jadi ilmu itu seperti air hujan yang jatuh ke tanah. Dan tanah itu ibarat hati manusia yang memiliki karakter keras atau pun empuk. Jadi manusia dalam menerima ilmu bermacam-macam. Ada yang semakin lembut. Ada yang semakin keras hatinya,” tambah ia.
Staf Ahli Walikota Tangsel Heli Slamet memohon semoga yang hadir semua mendapatkan ilmu dan bisa diamalkan. Di tengah kondisi tantangan era globalisasi menjadikan beban hidup cukup berat.
“Penting para pendakwah di era milenial perlu menguasai teknologi. Perlu menyesuaikan agar teknologi bisa dimanfaatkan untuk dakwah. Apalagi Tangsel mottonya cerdas, modern dan religius. Alhamdulillah Tangsel kondusif. Sangat nikmat hidup di Tangsel,” pesannya.
Pemkot Tangsel menyampaikan terima kasih kepada MUI yang terus membantu program pemerintah baik tingkat kota, tingkat kecamatan dan kelurahan.
“Alhamdulillah karakter masyarakat terkawal oleh para kiyai. Jika tidak ada kiyai hampa hidup ini.
Para kiyai membentuk karakter masyarakat. Insya Allah pembentukan karakter dari kiyai lewat dakwah rahmatan lilalamin,” tambah ia.
Hadir dua narasumber Cholisudin Yusa dan Djedjen Zainuddin selaku narasumber menyampaikan yang harus dimiliki sebagai seorang pendakwah harus menguasai retorika serta harus mengenali diri sendiri. Dirinya juga menjelaskan konsep dakwah bilhikmah.
“Hikmah mengenal golongan. Dan hikmah dalam arti kemampuan memilih saat berbicara dan diam. Dakwah dalam arti kemampuan memilih materi, metode dan media, hikmah dalam mengadakan kontak pemikiran,” jelasnya, didampingi Moderator Dr Subhan Fadli.
Dirinya juga berpesan, dai diera milenial harus kuat dan sehat serta mentalnya harus kuat. Meski dalam kondisi sakit tetap bisa berceramah. Berbeda dengan dakwah sebelumnya saat sakit tidak bisa berdakwah. (din/#af_m)