Dalam rangka menyambut Milad ke-50 Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang akan diperingati pada 26 Juli 2025 mendatang, MUI Kota Tangerang Selatan menggelar Kajian Kitab Kuning di Aula Islamic Center Baiturahmi BSD, Serpong. Kegiatan ini dihadiri ratusan jamaah dan berlangsung pada Rabu, 16 Juli 2025.
Ketua MUI Tangsel, KH. Saidih, menegaskan pentingnya merawat khazanah keilmuan Islam melalui kitab kuning. Ia menyampaikan bahwa kitab kuning merupakan peninggalan ulama salaf yang sarat dengan ilmu dan hikmah, ditulis dalam bahasa Arab klasik dan menjadi rujukan utama dalam berbagai disiplin keilmuan Islam.
“Kitab kuning adalah warisan agung para ulama kita. Dari lembarannya mengalir ilmu, adab, dan petunjuk menuju ridha Allah. Mari kita hidupkan kembali semangat belajar dari kitab-kitab para ulama, agar ruh keilmuan Islam terus tumbuh di tengah masyarakat kita,” ujarnya dengan penuh semangat.
Sekretaris Umum MUI Tangsel, Dr. H. Abdul Rojak, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Milad Emas MUI, yang tahun ini genap berusia setengah abad dalam melayani umat dan menjaga kemaslahatan bangsa.
“Insya Allah, melalui kajian ini, kita turut memuliakan momentum 50 tahun MUI, seraya memperkuat peran ulama dalam mencerdaskan dan membimbing umat,” tutur beliau.
Kajian kitab kuning ini, lanjutnya, digelar secara rutin setiap bulan dan terbuka untuk umum. Program ini juga mendukung visi Kota Tangsel sebagai kota cerdas, modern, dan religius.
“Program ini sejalan dengan arahan Wali Kota serta Badan Pengelola Islamic Center, dalam rangka menghidupkan masjid dan majelis ilmu di Kota Tangerang Selatan,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, hadir dua narasumber yang mengulas dua kitab penting peninggalan ulama terdahulu. KH. Bahrudin membawakan kajian dari Kitab Nuruzhzholam, dengan fokus pada makna dan etika dalam memuji.
“Dalam Islam, pujian harus diberikan dengan ilmu dan penuh adab. Jangan sampai pujian menjadi cela terselubung atau mengantarkan kita pada riya. Allah SWT sendiri dalam Al-Qur’an telah menunjukkan empat bentuk pujian: Allah memuji Diri-Nya, Allah memuji hamba-Nya, hamba memuji Allah, dan hamba memuji hamba lainnya,” jelas beliau.
Sedangkan KH. Almahdi Akbar membawakan pembahasan dari Kitab Bidaayatul Hidayah karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali. Dalam pemaparannya, ia menyentuh adab-adab bersuci, mulai dari wudhu hingga mandi wajib.
“Imam Al-Ghozali sangat menekankan bahwa bersuci bukan hanya soal membasuh anggota tubuh, tetapi juga mensucikan hati. Bahkan beliau menyarankan agar wudhu dilakukan sebelum mandi wajib, sebagai bentuk penghormatan dan kedisiplinan rohani,” ungkap KH. Almahdi.
Beliau juga membandingkan perbedaan antara wudhu dan mandi wajib secara mendalam, dengan menekankan pentingnya membasahi seluruh rambut dan kulit kepala dalam mandi janabah.
“Kitab ini lebih dari sekadar fiqih, ia adalah panduan ruhani menuju kesucian jiwa,” tuturnya menutup kajian.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, MUI Tangsel berharap masyarakat, khususnya generasi muda, semakin mencintai ilmu dan menjadikan kitab kuning sebagai pelita dalam kehidupan sehari-hari menuju pribadi yang berilmu, beradab, dan bertakwa. (a_fm)









