Mencetak Generasi Bangsa Dimulai Dari Memilih Pasangan

PAMULANG-Mencetak generasi bangsa yang baik membutuhkan keseriusan bagi para orangtua. Mulai dari memilih pasangan, proses kehamilan hingga kelahiran sampai mendidik anak hingga besar.

Tema penting “Membangun Karakter Bangsa Melalui Keluarga Berketahanan” disajikan oleh Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga MUI Kota Tangsel, Sabtu (16/10/2021) yang dihadiri 40 peserta perwakilan majelis taklim dan organisasi wanita se Tangsel.

Turut hadir perwakilan Pemkot Tangsel, Kepala Dinas Sosial Wahyunoto Lukman, staf khusus Deden Juardi, dan Ketua TP PKK Tangsel Hj Tini Indrayanti Benyamin serta Ketua Panitia acara Hj Fathiyah serta Wakil Ketua MUI Tangsel KH Juhana Zakaria.

Disampaikan Ketua Umum MUI Tangsel Kh Saidih dengan tema “Ketaqwaan Landasan Utama Ketahanan Keluarga” dalam mewujudkan keluarga sakinah membutuhkan keterlibatan dan peran seluruh anggota keluarga. Istri yang saleh saja tidak cukup kuat sebagai andalan tunggal dalam menjalankan tugas mengurus keluarga serta mendidik anak tanpa didukung suami yang saleh.

“Orangtua yang baik juga tidak mampu mewujudkan keluarga sakinah tanpa didukung anak-anak yang baik. Maka dalam mewujudkan keluarga sakinah harus memenuhi keseluruhan lingkup taqwa,” ujarnya.

Pertama memiliki peran sosial yang baik yaitu selalu rendah hati, pandai berkomunikasi dan tidak mudah terprovokasi. Kedua rajin mengerjakan salat tahajud dengan mengorbankan sebagian jam tidurnya untuk menghadap Allah SWT. Ketiga mampu mengelola ekonomi. Para orangtua wajib mengelola ekonomi dengan benar. Keempat menjaga iman dan moral. Kelima paham hukum dan keenam peningkatan kapasitas intelektual.

Demikian disampaikan narasumber kedua dari Kantor Kemenag Kota Tangsel Dr Al Mahdi Albar tentang “Keluarga Berketahanan Sebagai Madrasah Pertama Bagi Generasi Berakhlakul Karimah”. Bahwa keluarga berketahanan yaitu memiliki nilai-nilai kebersamaan, nilai rasa saling ngemong, dan nilai-nilai berbasis budaya dan saling berempati.

“Itu tergambar dalam Pancasila sebagai karakter khas bangsa Indonesia. Karena Pancasila merefleksikan kumpulan dari karakter anak bangsa yang majemuk, beragam, dan pluralistik dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Rote. Itulah alasan Pancasila juga disebut performace jati diri bangsa,” jelasnya.

Adapun kiat menciptakan generasi berkahlakul karimah ada tujuh fase. Pertama fase memilih bibit dan Rahim. Di mana perempuan dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Maka pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi (HR. Muslim).

“Dan tradisi itu hingga kini terus diterapkan di Arab yang pertama adalah melihat nasabnya. Tujuannya supaya ada rasa bangga, anak yang dilahirkan berasal dari rahim sang ibu yang memiliki akhlak yang baik,” tambah ia.

Fase kedua dalam kandungan. Perlu memperhatikan segala hal, dari kehalalan segala aspek utamanya asupan makanan. Termasuk memperhatikan kecukupan vitamin. Dalam HR At Thabrani, setiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih utama baginya (lebih layak membakarnya). Fase ketiga saat bayi lahir mengazankan di telinga kanan dan mengiqomatkan di telinga kiri. Mengaqiqahkan serta mencukur rambut dan menamakan dengan nama yang baik.


Fase kempat, mumayyiz memerintahkan anak untuk salat sejak kecil. Dan orangtua juga wajib menanamkan nilai-nilai agama. Q.S Luqman ayat 12 sampai 19.

Fase kelima saat anak balig, memberikan pemahaman tentang kemandirian dan tanggung jawab karena sudah menjadi seorang mukallaf yaitu orang yang dibebani perintah syariat. Dan menjauhkan anak dari lingkungan yang bisa merusak karakter atau akhlak.

Fase keenam menjodohkan anak yang mana dalam HR. At Turmudzi, apabila seseorang yang kalian ridai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya nisacaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar. Dan fase ketujuh anak sudah berkeluarga orangtua wajib mengingatkan hal-hal baik utamanya perihal ibadah meski mereka sudah berkeluarga. (red)